PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL DAN KESEJAHTERAAN TUTOR PNF

Tutor merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan non formal sangat ditentukan oleh sejauh mana kesiapan tutor dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar-mengajar. Namun demikian, posisi strategis tutor untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional mengajar dan tingkat kesejahteraannya. Namun demikian upaya peningkatan mutu tutor saat ini masih dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain :
Tutor merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan non formal sangat ditentukan oleh sejauh mana kesiapan tutor dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar-mengajar. Namun demikian, posisi strategis tutor untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional mengajar dan tingkat kesejahteraannya. Namun demikian upaya peningkatan mutu tutor saat ini masih dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain :
Pertama Sistem pelatihan tutor yang ada selama ini belum berhasil meningkatkan kinerja tutor yang memadai untuk memperbaiki proses pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar. Masalah pelatihan ini perlu ada pemilihan lebih lanjut baik dari sisi conten materi pelatihan, waktunya, pola/sistematika pelatihan, dana siapa yang menyelenggarakan, siapa nara sumbernya dan sebagainya. Khusus peserta dan nara sumber, perlu diperjelas persyaratan dan kualifikasinya jangan seperti yang terjadi selama ini baik peserta maupun nara sumbernya itu-itu saja. Adanya kecenderungan, bahwa terdapat kegiatan-kegiatan pelatihan tutor yang tidak sesuai dengan kebutuhan, pelatihan yang dilaksanakan selama ini tidak pernah didahului dengan identifikasi kebutuhan. Pasca pelatihan pun tidak ada monitoring dan evaluasi yang sistematik dan terprogram untuk menindaklanjuti hasil-hasil pelatihan yang telah dilaksanakan, sebagai umpan-balik untuk memperbaiki pelatihan-pelatihan tutor berikutnya. Disamping itu dari sisi penyelenggaraan belum nampak adanya upaya yang konkrit untuk mendesentralisasikan pelatihan dalam rangka otonomi daerah. Selama ini pelatihan tutor hanya dilaksanakan ditingkat pusat dan propinsi.
Kedua, dari sisi Kemampuan Profesional sangat terbatasnya/kurang meratanya kesempatan yang diberikan kepada para tutor dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya. Dari pengalaman selama ini tutor yang dikirim untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau work shop tidak didasarkan pada pemilihan/seleksi yang jelas tetapi masih bersifat koncoisme. Sehingga tutor lain tidak memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan kemampuannya. Disamping itu tutor terlalu banyak diberikan aturan/kewajiban (a.l.: juklak, pedoman, dll) yang cenderung terlalu mengatur dan membatasi tutor untuk mengembangkan kreativitasnya secara optimal. Permasalhan lainnya yang berkaitan dengan profesionalisme tutor adalah masih adanya tutor yang kurang menghayati permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran, sehingga kurang termotivasi, kritis dan reflektif untuk memecahkannya.
Ketiga, dari sudut pandang profesi dan kesejahteraan masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap profesi tutor, walaupun dari sisi status tutor merupakan tenaga sukarela. Disamping itu terlalu rendahnya honor tutor, padahal untuk membelajarkan orang buta huruf lebih sulit jika dibandingkan dengan anak persekolahan. Masalah ini menjadi sangat urgen dilihat dari segi layak tidaknya honor yang diterima tutor dan sangat rawan pemotongan